Awan ini menjadi awan yang paling ditakuti oleh para penerbang. Betapa
tidak, awan ini yang paling sering menyebebkan bencana seperti tornado,
puting beliung dan hail hanya dapat terbentuk di dalam awan ini. Awan
Cumulonimbus merupakan satu-satunya awan yang dapat menghasilkan muatan
listrik menjadikannya seperti baterai raksasa di langit.
Awan Cumulonimbus ini berbentuk awan padat dengan perkembangannya
vertikal menjulang tinggi mirip seperti gunung atau menara. Bagian
puncaknya berserabut, tampak berjalur hampir rata dan berbentuk mirip
landasan yang dikenal sebagai anvil head.
Awan Cumulonimbus ini terdiri dari tetes-tetes air di bagian bawah,
sedangkan di bagian atas terdiri dari tetes-tetes salju atau kristal es.
Adanya updraft dan downdraft sehingga
memungkinkan terjadinya sirkulasi dan gesekan yang terjadi antara
partikel-partikel awan didalamnya inilah yang dapat menimbulkan muatan
listrik.
Awan yang terbentuk akibat dari ketidakstabilan atmosfer ini dapat
terbentuk sendiri, berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis
squall. Awan Cumulonimbus ini menimbulkan kilat dan guntur, hingga hujan
lebat, angin kencang bahkan hujan es. Jika terbentuk menjadi supersel
mengakibatkan badai petir besar. Awan cumulonimbus yang dihadapi pilot
AirAsia QZ 8501 ini juga mengingatkan kita akan tragedi Sukhoi Superjet
100 Rusia saat menabrak tebing Gunung Salak, Bogor pada 9 Mei 2012
silam. Selain itu juga terhempasnya Lion Air di perairan Bali pada 13
April 2013 lalu yang juga diidentifikasi karena adanya awan
Cumulonimbus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar